Rabu, 27 Oktober 2010

B 737 200 Divert Banjarmasin

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU - Cuaca terasa cerah. Sebanyak 116 calon penumpang dengan santai memasuki pesawat Boeing 737-200 milik Maskapai Penerbangan Trigana Air.

Selasa (26/10/2010) sekitar pukul 10.20 WIB, pesawat meninggalkan Bandara Iskandar, Pangkalanbun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Pesawat bernomor penerbangan 701 itu menuju Semarang, Jawa Tengah.

Baru sekitar 15 menit mengudara, pesawat terasa lain. Suara gemuruh terdengar dari sayap sebelah kiri. Rupanya mesinnya mati. Itu berarti pesawat hanya menggunakan mesin di sayap sebelah kanan.

Penumpang pun langsung gemetar. Tidak terkecuali dengan Lingga. Pria berkaus merah warga Jalan Hasanuddin, Pangkalanbun, itu hanya bisa berdoa.

Apalagi Pilot Capt. Edy Sunarto mengakui pesawat yang tengah berada di ketinggian 7.000 feet itu masalah dan harus mendarat darurat. Bandara terdekat yang paling layak didarati adalah Syamsudin Noor, Banjarbaru.

Petugas Bandara Syamsudin Noor pun siaga. Satuan pemadam kebakaran lengkap dengan beberapa mobil pemadam kebakaran standby di dekat apron. Demikian pula dengan anggota Basarnas Kalsel.

"Kami siaga dua," kata Airport Duty Manager (ADM) PT Angkasa Pura I Banjarmasin Bandara Syamsudin Noor, Rusli.

Siaga 2 artinya darurat namun masih bisa diatasi. Personel hanya siaga tidak langsung mengambil tindakan. "Tim keamanan, pemadam kebakaran, hingga teknisi siaga di posisi masing-masing," ujarnya.

Setelah ditunggu beberapa saat, pesawat Trigana Air mendarat. Beberapa saat kemudian, penumpang keluar. Mereka kemudian dibawa ke terminal. Lingga pun duduk lemas.

"Alhamdulilah pesawat mendarat dengan lancar," kata mahasiswa semester 1 Universitas Diponegoro tersebut.

Sementara sejumlah penumpang lainnya sibuk menelepon
keluarga.

Setelah perasaan mulai tenang, sambil menenteng barang, mereka mendatangi kantor Trigana Air. Mereka meminta segera diterbangkan ke Semarang dengan menggunakan pesawat lain.

"Kami tidak mau telantar di Banjarmasin. Kami ingin segera melanjutkan penerbangan," ujar Paijo, warga Pangkalanbun.
Sedang Ibu Darjo, seorang perempuan paruh baya, hanya termenung di dekat eskalator. "Saya ingin segera sampai di Semarang. Seharusnya saya bisa ikut mengantarkan jenazah ibu saya. Karena kejadian ini, saya batal mengantarkannya ke pemakaman. Saya sudah kontak keluarga di sana, agar saya ditinggal saja," tuturnya.

Petugas Trigana Air pun sibuk mengurus keberangkatan penumpangnya. Akhirnya seluruh penumpang berhasil diberangkatkan sekitar pukul 16.00 Wita dengan menggunakan pesawat lain. Ada yang ke Yogyakarta, ke Surabaya dan ada yang langsung ke Semarang.


"Saya Pernah Mengalaminya"

Capt. Edy Sunarto sibuk dengan telepon genggamnya. Dia giat menanyakan kondisi pesawat Boeing 737-200 Trigana Air yang dikemudikannya, Selasa (26/10) pagi.

Saat ditemui di Restoran Blue Sky Bandara SyamsudiN noor, Edy mengakui pesawat mendarat darurat hanya dengan satu mesin.

"Saya pernah mengalami hal seperti ini. Jadi saat mengetahui mesin sebelah kiri mati, saya berusaha tetap tenang mengemudikan pesawat. Saat itu prosedur mesin tunggal langsung kami berlakukan," katanya.

Mesin pesawat sebelah kiri mati 15 menit selepas lepas landas dari Bandara Iskandar, Pangkalanbun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Saat itu pesawat berada di ketinggian 7.000 feet.

"Semua kami informasikan kepada penumpang. Semua kami minta untuk tetap tenang hingga pendaratan bisa dilakukan dengan selamat," ujar pilot telah memiliki pengalaman 14.000 jam terbang tersebut.



Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar